Istilah-istilah Lensa Kamera DSLR
1. Focal length (riil dan
ekivalen)
Focal length adalah jarak titik focus
lensa. Hal ini mempengaruhi: lebarnya bidang pandang lensa (FL ekivalen),
tebalnya ruang tajam (FL riil), dan perbandingan ukuran
benda-benda yang jaraknya berbeda dari lensa (FL ekivalen). Makin besar FL
lensa, maka bidang pandang akan makin sempit (seolah-olah kita mendekati
obyek), ruang tajam akan makin sempit (di jarak dan bukaan yang sama),
dan benda-benda yang jauh (background) akan terlihat makin sama ukurannya
dengan benda-benda yang dekat (foreground atau objek utama). Persamaan ukuran
ini biasa disebut juga sebagai (efek) kompresi: karena benda-benda di belakang
terlihat berukuran tidak terlalu berbeda dengan objek di depan, maka mereka
terlihat seolah-olah berjarak lebih dekat satu sama lain.
Berbeda
dengan definisi yang sering dipakai orang awam, lensa “zoom” berarti lensa
tersebut mempunyai FL yang bervariasi. Misalnya seperti contoh di atas,
mempunyai FL 17-50mm. Lensa yang bisa membuat kita seolah-olah mendekati objek
disebut lensa tele (bukan zoom), dan lensa-lensa tele ini biasanya mempunyai FL
135mm ke atas. Di sisi lain, bisa saja lensa tele juga merupakan lensa zoom,
misalnya lensa dengan FL 150-500mm (FLnya besar = tele, FLnya bervariasi =
zoom). Kebalikan dari tele adalah wide (bidang pandang lebar, FL kecil).
Apa maksudnya FL riil dan ekivalen? FL
riil berarti angka tersebut mengacu ke jarak fokus lensa itu sendiri. FL
ekivalen sebuah lensa mengacu ke jarak fokus lensa yang jika dipasang di kamera fullframe akan mempunyai field of view (bidang pandang) yang sama
dengan lensa tersebut (jika dipasang di kamera tersebut).
Misalnya: lensa 50mm jika dipasang di kamera Olympus PEN akan mempunyai field of view yang sama dengan lensa 100mm di kamera fullframe. Maka, lensa 50mm dikatakan mempunyai FL ekivalen sebesar 100mm di kamera Olympus PEN. Faktor pengali (2x lipat) ini disebut “crop factor”, yang dipengaruhi ukuran sensor kamera tersebut.
Misalnya: lensa 50mm jika dipasang di kamera Olympus PEN akan mempunyai field of view yang sama dengan lensa 100mm di kamera fullframe. Maka, lensa 50mm dikatakan mempunyai FL ekivalen sebesar 100mm di kamera Olympus PEN. Faktor pengali (2x lipat) ini disebut “crop factor”, yang dipengaruhi ukuran sensor kamera tersebut.
Tidak
perlu bingung, karena kebanyakan yang menuliskan FL ekivalen adalah lensa yang
terpasang di kamera pocket. Jika Anda melihat suatu kamera pocket menuliskan
FLnya 28mm, kemungkinan besar FL riilnya hanyalah sekitar 5mm, dan 28mm
tersebut adalah FL ekivalen.
Tidak
semua lensa adalah lensa zoom. Ada juga lensa prime/fix, yang hanya mempunyai
satu FL yang tetap. Misalnya, lensa 50mm. Kelebihan lensa 50mm ini adalah
kualitas yang (biasanya) lebih bagus, dan aperture maksimal yang lebih besar.
Apa itu aperture maksimal?
2. Bukaan/aperture maksimal
Kebanyakan lensa menuliskan aperture maksimal yang bisa digunakan lensa tersebut. Sebagai contoh,
lensa kit/standar DSLR yang biasanya mempunyai spek 18-55mm, f/3.5 – 5.6. Spek
ini berarti, lensa tersebut mempunyai rentang FL antara 18mm hingga 55mm. Di FL
18mm, lensa tersebut mempunyai aperture maksimal f/3.5; di FL 55mm lensa
tersebut mempunyai aperture maksimal f/5.6.
Jika
suatu lensa zoom hanya mempunyai satu angka aperture yang dituliskan, berarti
lensa zoom tersebut mempunyai aperture maksimal yang sama, terlepas dari FL
yang digunakan. Misalnya di contoh lensa 17-50/2.8 tadi, maka lensa tersebut
bisa dibuka maksimal hingga f/2.8, dari FL paling wide (17mm) hingga paling
tele (55mm).
3. Crop factor
Seperti
yang dijelaskan di atas, kamera mempunyai crop factor. Untuk merk-merk DSLR
kebanyakan, hanya ada dua jenis kamera: fullframe (tanpa crop factor, atau crop
factor 1x) dan APS-C yang mempunyai crop factor 1.5x (Nikon, Sony, Pentax),
atau 1.6x (Canon). Kamera fullframe mempunyai ukuran sensor yang lebih besar
dibandingkan APS-C. Karena itu, lensa yang digunakan pun akan berbeda.
Lensa
fullframe menghasilkan gambar yang lebih luas di bidang sensor, sedangkan lensa
APS-C menghasilkan gambar yang lebih sempit, dan hanya cukup menutupi bidang
sensor sebesar APS-C saja. Karena itu, lensa fullframe bisa digunakan di kamera
APS-C, tapi lensa APS-C tidak bisa digunakan di kamera fullframe. Jika lensa
APS-C digunakan di kamera fullframe, maka hasilnya akan vignetting (ada warna
hitam di sekeliling foto), karena lensa hanya menghasilkan gambar di bagian
tengah bidang sensor fullframe tersebut. Ini pun, tidak semua lensa APS-C bisa
dipasang di kamera fullframe. Beberapa lensa bisa menjorok terlalu dalam hingga
akan terpukul oleh gerakan lensa dalam kamera, misalnya.
Lensa
crop factor APS-C vs. fullframe ini dituliskan sebagai: EF-S vs EF (Canon), DX
vs FX (Nikon), Di II vs Di (Tamron), dsb.
4. Peredam getaran
Beberapa lensa mempunyai mekanisme
peredam getaran. Jika kita memegang kamera dengan tangan, mau tidak mau kamera
akan bergoyang, walaupun sedikit. Di shutter speed yang pelan, goyangan ini
akan terlihat di hasil foto. Mekanisme ini memungkinkan elemen-elemen
lensa untuk bergerak melawan arah goyangan/getaran tangan kita, sehingga mengurangi efek goyangan yang terlihat di foto.
Kebanyakan
mekanisme peredam getaran bisa mengurangi getaran hingga 2 stop, yang berarti
efek goyangannya akan dikurangi sehingga terlihat seolah-olah kita memotret
dengan shutter speed 4x lebih cepat (sama dengan 2 stop).
Mekanisme
ini disebut dengan IS (Canon), VR (Nikon), VC (Tamron), OS (Sigma), OSS (Sony
E), dsb.
5. Motor/mekanisme focusing
Banyak
produsen lensa yang menggunakan motor/mekanisme focusing yang berbeda di lensa
mereka. Jika suatu lensa menggunakan mekanisme yang bagus, biasanya hal ini
akan dicantumkan di nama lensanya. Mekanisme yang bagus biasanya berarti
lensanya akan lebih cepat saat autofocusing, dan suaranya pun lebih halus.
Mekanisme
ini disebut dengan USM (Canon), SWM (Nikon), USD/PZD (Tamron), HSM (Sigma), SSM
(Sony), dsb.
6. Internal focusing
Lensa biasanya akan berputar dan
memanjang/pendek saat focusing. Internal focusing berarti lensa tersebut tidak
memanjang/pendek ataupun berputar saat focusing. Hal ini berguna saat Anda
menggunakan filter yang
perlu digunakan dengan sudut yang sama, misalnya GND atau CPL.
7. Rear focusing
Istilah
rear focusing pada lensa berarti pada lensa melakukan focusing dengan
menggerakkan elemen belakang. Hal ini mengakibatkan focusing menjadi lebih
cepat dan halus.
Hingga
titik ini, sebenarnya semua spek lensa yang penting sudah Anda ketahui.
Istilah-istilah berikutnya hanya mengacu ke teknologi yang digunakan di
elemen-elemen optis. Teknologi tersebut mempengaruhi hasil akhir foto, sehingga
harusnya sudah tercantum dalam reputasi dan hasil review lensa tersebut.
8. Aspherical element
Aspherical
element menandakan bahwa lensa tersebut menggunakan elemen optis yang bentuknya
bukan bundar (saya juga tidak paham persis). Hal ini mengurangi efek cembung
pada hasil foto, dan juga memungkinkan rancangan lensa yang lebih ringkas dan
berkualitas.
9. Low dispersion
Apakah
Anda pernah melihat warna keunguan (biasanya) di pinggir daerah-daerah yang
cerah/berwarna putih di foto Anda? Hal ini disebut color fringing atau color
aberration (CA). Low dispersion menandakan bahwa lensa tersebut mempunyai CA
yang kurang daripada lensa yang tidak mempunyai low dispersion.

Komentar
Posting Komentar